Halaman

Selasa, 31 Juli 2018

Model Pembelajaran Pendekatan Student Fasilitator and Explaining di Kelas 3 SDN Mekarasih 4.”



Penggunaan 
Metode Pembelajaran Student Fasilitator and Explaining 
di Kelas 3 SDN Mekarasih 4
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UTS mata kuliah Pembelajaran Mengajar dari Dosen Yth. Bpk. Subar Gunawan W, M. Pd

Oleh 
IMAS GINA SARTIKA
NIM : …………………..





 









PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
S T A I   S A B I L I
2014

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
            Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan anugrahnya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam keadaan sehat wal’afiat.
            Makalah yang berjudul Model Pembelajaran Pendekatan Student Fasilitator and Explaining di Kelas 3 SDN Mekarasih 4. ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Tengah Semester (UTS) dari dosen mata kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) SABILI
            Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh  pihak yang   telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,terutama penyusun mengucapkan  terimakasih kepada:
1.      Kedua orang tua, teman-teman seperjuangan yang telah memberikan kasih sayang, dorongan baik berupa morilmaupun materil, dan pengertian yang begitu besar bagi kelangsungan studi dan pembuatan makalah ini.
2.      Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah inipun tidak terlepas dari kekurangan bahkan sangat jauh dari sempurna, mungkin dari keterbatasan ilmu pengetahuan  penyusun  yang miliki, maka tegur sapa yang berupa saran dan kritik dari semua pihak penyusun harapkan, demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.
            Akhirnya hanya kepada Allah lah penyusun mohon Taufiq dan Hidayah-Nya, semoga tugas akhir ini senantiasa bermanfaat dan menjadi khasanah keilmuan khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua. Aamiin
Alhamdulillahirabbil’aalamin.
                                                                        Malangbong,     November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
1

A.
Latar Belakang Masalah …………………………………….
1

B.
Rumusan Masalah …………………………………………...
1

C.
Tujuan ……………………………………………………….
1

D.
 Manfaat …………………………………………..................
3
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….
4

A.
Kesulitan belajar dan pembelajaran matematika ……………
4

B.
Kedudukan guru dalam pembelajara ………………………..
5

C.
Konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining …………………………………………………
7

D.
Penerapan model Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran ………………………………………………...
11
BAB III PENUTUP ………………………………………………………….
17

A.
Kesimpulan ………………………………………………….
17

B.
Kritik dan Saran ……………………………………………..
17
DAFTAR PUSTAKA  ………………………………………………………
18
 BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap interaksi terstruktur di kelas ada dua unsur penting yang terjadi diantaranya dua subjek pembelajaran yaitu guru dan siswa. Pemahaman antara kedua belah pihak yang secara aktif dan hidup berkomunikasi satu sama lain harus menyatu, sinkron dan harmonis. Diantara dua dunia yaitu dunia guru dan dunia siswa yang berperan sebagai subjek utama belajar, guru seharusnya dapat menempatkan diri secara adil dan benar. Semua tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam pembelajaran pada hakikatnya untuk memenuhi dan memahami seluk beluk terdalam “dunia siswa”.
Memahami dua dunia juga berarti pemahaman dua gaya dalam beraktivitas yang populer disebut gaya mengajar dan gaya belajar. Gaya mengajar yang berpusat pada visual semata tidak akan mudah dipahami siswa yang dominan gaya belajar jenis kinestetik yang ditandai dengan sering berbuat onar, memainkan bolpoint dan bertingkah seenaknya.
Akan tetapi, problema yang sering ditemukan adalah penghadapan  guru dalam proses pembelajaran yaitu minat belajar siswa yang kurang ketika belajar dengan menggunakan metode ceramah, serta pemahaman yang dimiliki siswa dengan materi yang telah disampaikan masih belum dipahami oleh anak.
Akan tetapi, problema yang sering ditemukan adalah penghadapan  guru dalam proses pembelajaran yaitu banyaknya bahan pembelajaran yang harus diajarkan dalam kurikulum 2006 serta waktu yang terbatas.  Selain kendala tersebut, tidak sedikit guru yang menghadapi masalah dalam mengorganisasikan bahan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa  dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dalam kerangka inilah peranan guru  ditengah-tengah dunia pendidikan menjadi amat penting.
Guru  sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai  Agent  of  Culture,  juga berfungsi selaku  Agent of  change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik  dan berkualitas.
Berdasarkan pembahasan di atas, dalam makalah ini akan diuraikan “Model Pembelajaran Pendekatan Student Fasilitator and Explaining di Kelas 3 SDN Mekarasih 4
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah kesulitan belajar dan pembelajaran matematika ?
2.      Bagaimanakah kedudukan guru dalam pembelajaran ?
3.      Bagimanakah konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining ?
4.      Bagaimanakah penerapan model Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran matematika?
C.    TUJUAN
Selain Untuk memenuhi tugas dari Dosen, adapun tujuan pembuatan makalah ini seirama dengan perumusan masalah diatas, yakni:
1.      Menjelaskan tentang kesulitan belajar dan pembelajaran matematika.
2.      Menjelaskan kedudukan guru dalam pembelajaran.
3.      Menguraikan tentang konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining.
4.      Menjelaskan penerapan model Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran.


D.    MANFAAT
Makalah ini memiliki manfaat bagi penyusun dan pembaca makalah ini. Bagi penyusun diantaranya :
1.      Mengembangkan pengetahuan model  Student Facilitator and Explaining.
2.      Pembekalan sebagai calon guru untuk bisa memahami lebih dalam tentang model Student Facilitator and Explaining  dan cara penggunaanya atau pelaksanaanya.
3.      Mengembangkan keterampilan menulis karya ilmiah khususnya pembuatan makalah.
Bagi pembaca diantaranya :
1.      Memberikan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan model Student Facilitator and Explaining.
2.      Memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan atau pelaksanaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menurut Dr. Edi Prio Baskoro M.Pd., belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. (Edi Prio Baskoro, 2008:1)
Proses pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi kegiatan belajar dan menghasilkan perubahan yang terarah ke arah positif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Eti Nurhayati, 2010:20)
Matematika adalah ilmu atau pengetahuan yang termasuk ke dalam atau mungkin yang paling padat dan tidak mendua arti. Pengajaran matematika itu bertujuan untuk meluruskan dan mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang-cabang matematika lainnya. (Oemar Hamalik, 1991:71)
Seperti yang telah diketahui bersama pula bahwa salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan sehingga menjadikan adanya anggapan bahwa maematika tersebut sulit. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, kurang menghayati dan memahami matematika dan siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, mungkin juga dipacu oleh kegiatan belajar mengajar di kelas yang menggunkan metode yang dirasa membosankan bagi siswa.
Proses belajar mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika tersebut juga berkaitan erat dengan pemahaman konsep dalam materi matematika. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ditinjau dari tuntutan kurikulum yang lebih menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika, serta aktivitas pembelajaran di kelas, yang mana guru aktif sementara siswa pasif. Akibatnya, anak cenderung menerima apa adanya, tidak memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam pelajaran matematika.
            Hampir setiap guru matematika setuju akan pentingnya motivasi yang benar untuk mengajarkan matematika. Murid-murid, kecuali yang memang secara alami sudah senang dengan matematika, perlu diberi rangsangan melalui teknik dan cara pengajaran yang tepat agar senang terhadap matematika. Hanya dengan cara yang demikian kita dapat menghilangkan masalah-masalah seperti kegelisahan terhadap matematika, yang merupakan masalah umum bertahun-tahun.
Murid-murid akan belajar secara efektif jika mereka benar-benar tertarik terhadap pelajarannya. Akan tetapi sulit bagi kebanyakan guru untuk menemukan persediaan gagasan tentang menyampaikan matematika secara menarik. Banyak guru yang terlibat dalam rutinitas menyampaikan materi pelajaran sehingga mereka kehilangan waktu dan energy untuk mencari hal-hal yang dapat memotivasi muridnya. Akan tetapi terdapat persediaan yang melimpah tentang matematika yang menarik.

B.     KEDUDUKAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Seperti yang kita ketahui guru mempunyai ketentuan dan syarat-syarat yang harus dia penuhi, seperti umur, ijazah, kesehatan, kelakuan baik, tidak cacat, dan sebagainya. Adapun kedudukan guru adalah sebagai pembantu sekolah. Tugasnya dalam administrasi pendidikan adalah sebagi pebantu, yakni ikut melaksanakan administrasi pendidikan yang sebenarnya khususnya di sekolah dasar.
Mungkin pada masa lalu, tugas dan kewajiban guru hanya sebagi pengajar, yaitu menyampaikan atau melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada murid, memberi tugas yang kemudian melakukan evaluasi. Namun untuk dewasa ini, keawijan guru mulai berkembang. Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat dengan pekerjaan seorang pengawas , kepala sekolah, pegawai tata usaha dan sebagainya yang terkait dengan personil sekolah.
Begitu pula, guru diharapkan memiliki kreatifitas yang tinggi, sebagaimana dikuatkan oleh seorang ahli yaitu Gordon dalam Joice and Weill (1996) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang kreatifitas. Pertama, kreativitas merupakan suatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun rekayasa. Keempat, menunjukan bahwa berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. (E. Mulyana, 2008:163)
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Gilbert Hunt menyatakan bahwa guru yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.              Sifat positif dalam membimbing siswa.
b.             Pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang dibina.
c.              Mampu menyampaikan materi secara lengkap.
d.             Mampu menguasai metodologi pembelajaran.
e.              Mampu memberikan harapan riil terhadap siswa
f.              Mampu mneguasai manajemen kelas. (Masdudi, 2011:35)
C.    KONSEP, PRINSIP-PRINSIP DASAR, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SERTA LANGKAH-LANGKAH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
1.      Konsep Model Student Facilitator and Explaining
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa  dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dalam kerangka inilah peranan guru  di tengah-tengah dunia pendidikan menjadi sangat penting.
Guru  sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai  Agent  of  Culture,  juga berfungsi selaku  Agent of  change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik  dan berkualitas. Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran (subject matter) terletak pada kemampuan mereka (pebelajar) mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar (condition of learning), dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal (prior knowledge), serta mempresentasikannya secara benar. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar seseorang mempengaruhi proses terbentuknya pengetahuan di dalam struktur kognitif peserta didik. Kondisi belajar berkaitan dengan materi topik yang dipelajari (content), dan pengelolaan belajar  berhubungan dengan membangun pengetahuan.
Dewasa ini pengkajian dan pengembangan model serta implementasi pendekatan pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini bertujuan guna mengungkapkan indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi cara belajar siswa lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya tersebut dengan menggabungkan pendekatan pemecahan masalah (technological approach), dan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran)  dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa.
2.      Prinsip Model Student Facilitator and Explaining
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student Facilitator and Explaining.
Tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
a.       Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
b.      Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
c.       Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting Ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.

3.      Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Kelebihan dalam model Student Facilitator and Explaining ini adalah :
(1)   Seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam bekerja sama hingga berhasil.
(2)   Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. (Prasetyo, 2001:15)
Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan tentang model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai berikut:
(1)   Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
(2)   Banyak siswa yang kurang aktif.
4.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Studnt Facilitator and Explaining
Model teman sebaya dan fasilitator melatih kemampuan siswa berkomunikasi secara lugas dan cermat, tanpa rasa segan atau grogi karena yang dihadapi teman sendiri. Siswa atau peserta mempresentasikan pendapatan pada rekan pesertanya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.      Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi
c.       Memberikan sesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
d.      Guru menyimpulkan pendapat dari siswa
e.       Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f.       Penutup

D.    PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS 3 SDN MEKARASIH 4
Berikut ini contoh penerapan Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran matematika :
Pokok bahasan      : Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam memecahkan masalah
1.      Pengetahuan dasar :
a.       Alat ukur panjang
masing alat ukur panjang tersebut diantaranya :
·         Penggaris adalah macam alat ukur pangjang yang paling populer. Ada banyak jenis penggaris seperti penggaris siku, penggaris biasa, penggaris untuk tukang, dsb. Skala penggaris biasanya dalam cm (ketelitian 1mm) atau inchi tapi tidak menutup kemungkinan dengan satuan yang lain tergantung penggunaanya. Penggaris dapat digunakan untuk mengukur panjang garis di buku
·         Meteran pita Pada prinsipnya sama dengan penggaris namun bentuknya berupa pita panjang yang bisa digulung. Biasanya digunakan oleh tukang kayu atau tukang batu dan untuk mengukur tinggi badan.

b.      Alat ukur Berat (Massa)
·         Timbangan Pasar, Timbangan yang banyak digunakan di pasar. Terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian tempat benda dan bagian anak timbangan. Berkapasitas ukur maksimal 15-20 kg dan bisa dibawa dengan tangan.
·         Neraca Dua Lengan dan Tiga Lengan, Alat ukur massa ini mempunyai ketelitian yang lebih dibandingkan dengan timbangan pasar. Disebut dua lengan karena terdiri dari dua lengan utama, demikian juga berlaku untuk penyebutan tiga lengan. Neraca tiga lengan lebih presisi dari neraca dua lengan. Untuk lebih jelasnya silahkan baca di Neracat Dua Lengan
·         Timbangan Gantung, Banyak di jumpai di pasar-pasar, kapasitas ukur maksimal 100 s.d. 150 kilogram. Cara menimbangnya yaitu dengan membungkus benda dalam wadah karung (bisa yang lain) kemudian di kaitkan dengan pengait yang ada di timbangan gantung.
·         Timbangan Kamar Mandi, Bagi sebagian orang timbangan ini ditakuti.  Timbangan kamar madi adalah sebutan timbangan badan yang sering kita pakai dengan berdiri di atasnya. Biasanya maksimal timbangan ini adalah 150-180 kilogtam.
c.       Alat ukur waktu
·         Jam, Jam atau arloji adalah alat ukur waktu paling  populer, macam dan bentuknya sangat banyak. Ada jam dinding, jam tangan, jam mekanik, jam digital, dan lain sebagainya. Tingkat ketlitian jam mulai dari 0,1 s hingga 1s
·         Stopwatch, Alat ini cocok untuk mengurkur waktu dalam range tertentu. Prinsipnya sama seperti jam digital.
·         Jam Pasir, Alat ukur waktu jaman dahulu. Terbuat dari kaca dengan media pasir sebagai pengukur waktunya.
·         Tanggal, Sistem penanggalan adalah alat ukur waktu untuk jangka waktu yang relatif lama, mulai dari hari, bulan, tahun, abad, hingga milenium.

2.      Kelas /Semester/Waktu           : III/1/2x35 menit
3.      Tema/ minggu ke-                    : Pengalaman minggu ke 3
4.      Banyaknya pertemuan             : 3 x pertemuan
5.      Kompetensi Dasar                   :
·         Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan, atau jam)
·         Mengenal hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan  antarsatuan berat
6.      Tujuan Pembelajaran :
tujuan dari pembelajaran alat ukur ini diharapkan siswa mempunyai hasil berikut ini :
Hasil Belajar
Tugas dan Penilaian
·         Siswa dapat menaksir panjang dan lebar suatu benda dengan meteran
Naksir panjang dan lebar suatu benda dengan meteran
·         Siswa dapat menaksir berat suatu benda dengan alat timbangan/neraca
Naksir berat suatu benda dengan alat timbangan/ neraca
·         Siswa dapat menaksir lama kegiatan sehari-hari dengan alat ukur
Naksir lama kegiatan sehari-hari dengan alat ukur
·         Siswa dapat menentukan satuan ukur dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Tentukan satuan ukur dalam pemecahan masalah sehari-hari

7.      Keterampilan yang diharapkan
·         Disiplin ( Discipline )
·         Tekun ( diligence )
·         Tanggung jawab ( responsibility )
·         Ketelitian ( carefulness)
·         Kerja sama ( Cooperation )
·         Toleransi ( Tolerance )
·         Percaya diri ( Confidence )
·         Keberanian ( Bravery )
8.      Langkah-langkah Kegiatan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
a.       Pendahuluan
Apresepsi :
·         Mengisi daftar kelas, berdo’a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
·         Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
·         Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu
b.      Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru :
Pertemuan pertama :
·         Guru memberikan stimulus berupa pemberian materi mengenai  alat ukur panjang, alat ukur berat (massa) dan alat ukur waktu.
·         Siswa menyebutkan jenis alat ukur sederhana yang diketahuinya
·         Siswa dan siswa melakukan tanya jawab tentang alat ukur tersebut
Pertemuan kedua :
·         Siswa memilih alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur
·         Siswa mengukur benda-benda tersebut secara berkelompok
Pertemuan ketiga :
·         Siswa menyebutkan  alat-alat ukur sederhana dalam kehidupan sehari-hari
·         Siswa menyebutkan kegunaan alat-alat ukur sederhana dalam kehidupan sehari-hari

Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
F memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
F memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
F memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
F memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
c.       Penutup
Dalam kegiatan Akhir, guru:
  Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
  Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
  Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
9.      Sumber bacaan
·         Buku Matematika
·         Eksiklopedia
·         Media elektronik
10.  Pengayaan
Siswa dapat melakukan kegiatan tambahan berikut ini untuk lebih lanjut memahami bagaimana menghitung panjang benda-benda peralatan sekolah dengan teman sebangkunya.


BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Model Student Facilitator and Explaining (tutor sebaya) adalah merupakan pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student Facilitator and Explaining (tutor sebaya)  dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui komunikasi yang dilakukan antar siswa atau teman sebangku.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining di kelas 3 SDN Mekarasih 4 pada tema pengalaman pembelajaran matematika selama tiga pertemuan menghasilkan banyak peningkatan pemahaman belajar siswa, karena siswa dapat belajar dengan leluasa tanpa ada rasa malu untuk bertanya.
B.           Saran
Puji syukur ke-Hadirat-Nya karena makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Namun, penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tentu dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA
·         Fauzi Maufur, Hasan. 2009. Sejuta jurus Mengajar Mengasyikkan. PT.  Sindur Press.Semarang
·         Fajariyah, Nur. dan  Defi T Riratnawati. 2008. Cerdas berhitung mataematika 3 : untuk SD/MI kelas III. CV. Grahadi. Jakarta.
·         AS, S.Si, Wayan. 2010. Perangkat Pembelajaran Sekolah Dasar(SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). CV. Timur Putra Mandiri.
·         Baskoro, Edi Prio. 2008. Media Pembelajaran. Cirebon:Swagati Press.
·         Hamalik, Oemar. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Sinar Baru. . Bandung:

Situs :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar