MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UTS mata kuliah Pembelajaran
Mengajar dari Dosen Yth. Bpk. Subar Gunawan W, M. Pd
Oleh
IMAS GINA SARTIKA
NIM
: …………………..
PROGRAM S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
S T A I
S A B I L I
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala
puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan anugrahnya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dalam keadaan sehat wal’afiat.
Makalah
yang berjudul “Model
Pembelajaran Pendekatan
Student
Fasilitator and Explaining di Kelas 3 SDN Mekarasih 4.” ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas Ujian Tengah Semester (UTS) dari dosen mata kuliah di Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) SABILI
Selanjutnya
penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan,terutama penyusun mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan kasih sayang, dorongan baik berupa morilmaupun materil, dan
pengertian yang begitu besar bagi kelangsungan studi dan pembuatan makalah ini.
2. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan
satu persatu.
Makalah inipun tidak terlepas dari kekurangan bahkan
sangat jauh dari sempurna, mungkin dari keterbatasan ilmu pengetahuan penyusun
yang miliki, maka tegur sapa yang berupa saran dan kritik dari semua
pihak penyusun harapkan, demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.
Akhirnya
hanya kepada Allah lah penyusun mohon Taufiq dan Hidayah-Nya,
semoga tugas akhir ini senantiasa bermanfaat dan menjadi khasanah keilmuan
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua. Aamiin
Alhamdulillahirabbil’aalamin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………….
|
i
|
||
DAFTAR ISI
………………………………………………………………
|
ii
|
||
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………
|
1
|
||
|
A.
|
Latar Belakang Masalah
…………………………………….
|
1
|
|
B.
|
Rumusan Masalah
…………………………………………...
|
1
|
|
C.
|
Tujuan ……………………………………………………….
|
1
|
|
D.
|
Manfaat …………………………………………..................
|
3
|
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………….
|
4
|
||
|
A.
|
Kesulitan belajar dan pembelajaran
matematika ……………
|
4
|
|
B.
|
Kedudukan guru dalam pembelajara ………………………..
|
5
|
|
C.
|
Konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan
kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining …………………………………………………
|
7
|
|
D.
|
Penerapan model Student Facilitator and
Explaining dalam pembelajaran
………………………………………………...
|
11
|
BAB III PENUTUP ………………………………………………………….
|
17
|
||
|
A.
|
Kesimpulan ………………………………………………….
|
17
|
|
B.
|
Kritik dan Saran
……………………………………………..
|
17
|
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
|
18
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Setiap interaksi terstruktur di kelas ada dua
unsur penting yang terjadi diantaranya dua subjek pembelajaran yaitu guru dan
siswa. Pemahaman antara kedua belah pihak yang secara aktif dan hidup
berkomunikasi satu sama lain harus menyatu, sinkron dan harmonis. Diantara dua
dunia yaitu dunia guru dan dunia siswa yang berperan sebagai subjek utama
belajar, guru seharusnya dapat menempatkan diri secara adil dan benar. Semua
tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam pembelajaran pada hakikatnya untuk
memenuhi dan memahami seluk beluk terdalam “dunia siswa”.
Memahami dua dunia juga berarti pemahaman dua
gaya dalam beraktivitas yang populer disebut gaya mengajar dan gaya belajar.
Gaya mengajar yang berpusat pada visual semata tidak akan mudah dipahami siswa
yang dominan gaya belajar jenis kinestetik yang ditandai dengan sering berbuat
onar, memainkan bolpoint dan bertingkah seenaknya.
Akan tetapi, problema yang sering ditemukan
adalah penghadapan guru dalam proses
pembelajaran yaitu minat belajar siswa yang kurang ketika belajar dengan
menggunakan metode ceramah, serta pemahaman yang dimiliki siswa dengan materi
yang telah disampaikan masih belum dipahami oleh anak.
Akan tetapi, problema yang sering ditemukan
adalah penghadapan guru dalam proses
pembelajaran yaitu banyaknya bahan pembelajaran yang harus diajarkan dalam
kurikulum 2006 serta waktu yang terbatas.
Selain kendala tersebut, tidak sedikit guru yang menghadapi masalah
dalam mengorganisasikan bahan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta
tata kehidupan masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang
maksimal untuk mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa dilakukan dengan baik apabila didukung oleh
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dalam kerangka inilah peranan
guru ditengah-tengah dunia pendidikan
menjadi amat penting.
Guru
sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai
Agent of Culture,
juga berfungsi selaku Agent
of change. Dengan demikian guru
mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural
kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai
kebudayaan ke arah yang lebih baik dan
berkualitas.
Berdasarkan pembahasan di atas, dalam makalah
ini akan diuraikan “Model
Pembelajaran Pendekatan Student Fasilitator and Explaining di Kelas 3
SDN Mekarasih 4”
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah kesulitan belajar dan pembelajaran
matematika ?
2.
Bagaimanakah kedudukan guru dalam pembelajaran ?
3.
Bagimanakah konsep, prinsip-prinsip dasar, kelebihan dan
kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and
Explaining ?
4.
Bagaimanakah penerapan model Student Facilitator and
Explaining dalam pembelajaran matematika?
C. TUJUAN
Selain Untuk memenuhi
tugas dari Dosen, adapun tujuan pembuatan makalah ini seirama dengan perumusan
masalah diatas, yakni:
1.
Menjelaskan tentang kesulitan belajar dan pembelajaran
matematika.
2.
Menjelaskan kedudukan guru dalam pembelajaran.
3.
Menguraikan tentang konsep, prinsip-prinsip dasar,
kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah model Student Facilitator and
Explaining.
4.
Menjelaskan penerapan model Student Facilitator and
Explaining dalam pembelajaran.
D. MANFAAT
Makalah ini
memiliki manfaat bagi penyusun dan pembaca makalah ini. Bagi penyusun
diantaranya :
1.
Mengembangkan pengetahuan model Student Facilitator and Explaining.
2.
Pembekalan sebagai calon guru untuk bisa memahami lebih
dalam tentang model Student Facilitator and Explaining dan cara penggunaanya atau pelaksanaanya.
3.
Mengembangkan keterampilan menulis karya ilmiah khususnya
pembuatan makalah.
Bagi pembaca diantaranya :
1.
Memberikan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan
model Student Facilitator and Explaining.
2.
Memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan atau
pelaksanaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menurut Dr. Edi Prio Baskoro M.Pd., belajar adalah suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. (Edi Prio Baskoro, 2008:1)
Proses pembelajaran merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar
terjadi kegiatan belajar. Melalui proses pembelajaran, diharapkan terjadi
kegiatan belajar dan menghasilkan perubahan yang terarah ke arah positif sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Eti Nurhayati, 2010:20)
Matematika adalah ilmu atau pengetahuan yang termasuk ke dalam atau
mungkin yang paling padat dan tidak mendua arti. Pengajaran matematika itu
bertujuan untuk meluruskan dan mempermudah siswa belajar berhitung dan
cabang-cabang matematika lainnya. (Oemar Hamalik, 1991:71)
Seperti yang telah diketahui bersama pula bahwa salah satu
karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak dan
sehingga menjadikan adanya anggapan bahwa maematika tersebut sulit. Sifat
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika,
kurang menghayati dan memahami matematika dan siswa mengalami kesulitan
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, mungkin juga dipacu
oleh kegiatan belajar mengajar di kelas yang menggunkan metode yang dirasa
membosankan bagi siswa.
Proses belajar mengajar bagi seorang siswa khususnya dalam
matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi.
Keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika tersebut juga berkaitan
erat dengan pemahaman konsep dalam materi matematika. Rendahnya hasil belajar
matematika disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ditinjau dari tuntutan
kurikulum yang lebih menekankan pada pencapaian target, bukan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep matematika, serta aktivitas pembelajaran di kelas, yang
mana guru aktif sementara siswa pasif. Akibatnya, anak cenderung menerima apa
adanya, tidak memiliki sikap kritis. Selanjutnya, hal tersebut tentu akan
berpengaruh kepada prestasi belajarnya terkhusus lagi dalam pelajaran
matematika.
Hampir setiap guru matematika
setuju akan pentingnya motivasi yang benar untuk mengajarkan matematika.
Murid-murid, kecuali yang memang secara alami sudah senang dengan matematika,
perlu diberi rangsangan melalui teknik dan cara pengajaran yang tepat agar senang
terhadap matematika. Hanya dengan cara yang demikian kita dapat menghilangkan
masalah-masalah seperti kegelisahan terhadap matematika, yang merupakan masalah
umum bertahun-tahun.
Murid-murid akan belajar secara efektif jika mereka benar-benar
tertarik terhadap pelajarannya. Akan tetapi sulit bagi kebanyakan guru untuk
menemukan persediaan gagasan tentang menyampaikan matematika secara menarik.
Banyak guru yang terlibat dalam rutinitas menyampaikan materi pelajaran
sehingga mereka kehilangan waktu dan energy untuk mencari hal-hal yang dapat
memotivasi muridnya. Akan tetapi terdapat persediaan yang melimpah tentang
matematika yang menarik.
B.
KEDUDUKAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Seperti yang kita ketahui guru mempunyai ketentuan dan
syarat-syarat yang harus dia penuhi, seperti umur, ijazah, kesehatan, kelakuan
baik, tidak cacat, dan sebagainya. Adapun kedudukan guru adalah sebagai
pembantu sekolah. Tugasnya dalam administrasi pendidikan adalah sebagi pebantu,
yakni ikut melaksanakan administrasi pendidikan yang sebenarnya khususnya di
sekolah dasar.
Mungkin pada masa lalu, tugas dan kewajiban guru hanya sebagi
pengajar, yaitu menyampaikan atau melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada
murid, memberi tugas yang kemudian melakukan evaluasi. Namun untuk dewasa ini,
keawijan guru mulai berkembang. Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat
dengan pekerjaan seorang pengawas , kepala sekolah, pegawai tata usaha dan
sebagainya yang terkait dengan personil sekolah.
Begitu pula, guru diharapkan memiliki kreatifitas yang tinggi,
sebagaimana dikuatkan oleh seorang ahli yaitu Gordon dalam Joice and Weill
(1996) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama
tentang kreatifitas. Pertama, kreativitas merupakan suatu yang penting dalam
kegiatan sehari-hari. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius.
Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu,
maupun rekayasa. Keempat, menunjukan bahwa berpikir kreatif baik secara
individu maupun kelompok adalah sama. (E. Mulyana, 2008:163)
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan
profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi
satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan
pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di
jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai
di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi
yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini
terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua
maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan
pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping
itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas
pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan
guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah
efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya.
Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru
untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan
dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang
berlangsung.
Gilbert Hunt menyatakan bahwa guru yang baik harus memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.
Sifat positif dalam membimbing siswa.
b.
Pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang dibina.
c.
Mampu menyampaikan materi secara lengkap.
d.
Mampu menguasai metodologi pembelajaran.
e.
Mampu memberikan harapan riil terhadap siswa
f.
Mampu mneguasai manajemen kelas. (Masdudi, 2011:35)
C.
KONSEP, PRINSIP-PRINSIP DASAR, KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN SERTA LANGKAH-LANGKAH MODEL STUDENT
FACILITATOR AND EXPLAINING
1.
Konsep Model Student Facilitator and Explaining
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan
masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk
mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa dilakukan dengan baik apabila didukung oleh
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dalam kerangka inilah peranan
guru di tengah-tengah dunia pendidikan
menjadi sangat penting.
Guru sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai Agent
of Culture, juga berfungsi selaku Agent of
change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta
mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan
perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Keberhasilan siswa dalam
mempelajari suatu materi pembelajaran (subject matter) terletak pada kemampuan
mereka (pebelajar) mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar
(condition of learning), dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan
pengetahuan awal (prior knowledge), serta mempresentasikannya secara benar.
Pengelolaan kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar seseorang mempengaruhi
proses terbentuknya pengetahuan di dalam struktur kognitif peserta didik.
Kondisi belajar berkaitan dengan materi topik yang dipelajari (content), dan
pengelolaan belajar berhubungan dengan
membangun pengetahuan.
Dewasa ini
pengkajian dan pengembangan model serta implementasi pendekatan pembelajaran
telah banyak dilakukan. Hal ini bertujuan guna mengungkapkan indikator yang
paling dominan dalam mempengaruhi cara belajar siswa lebih bermakna dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya tersebut dengan menggabungkan
pendekatan pemecahan masalah (technological approach), dan pendekatan ilmiah
(scientific approach).
Model Student
Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan pembelajaran dimana
siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan
peserta didik lainnya. Model Student Facilitator and Explaining (bermain
peran) dilakukan dengan cara penguasaan
siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang
dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa
dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model
ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya,
model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa
senang dalam belajar siswa.
2.
Prinsip Model Student Facilitator and Explaining
Pembelajaran
kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.
Salah satu
model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam
Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi
belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil
penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan
antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga
sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena
pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara
penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan
berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan
ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam
keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah satu metode
yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student
Facilitator and Explaining.
Tiga tujuan
Pembelajaran Kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
a.
Hasil Akademik
Pembelajaran
Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa
kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang
mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa
kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan
sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide
yang terdapat di dalam materi tertentu.
b.
Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek
penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang
luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan.
c.
Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan
penting Ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Pembelajaran
matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya
pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan
bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih
termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning
yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju
dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat
untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
3.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Kelebihan dalam model Student Facilitator and Explaining ini adalah
:
(1)
Seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk
menunjukkan kemampuan dalam bekerja sama hingga berhasil.
(2)
Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.
(Prasetyo, 2001:15)
Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan tentang model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu sebagai berikut:
(1)
Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
(2)
Banyak siswa yang kurang aktif.
4.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Studnt Facilitator and
Explaining
Model teman sebaya dan fasilitator melatih kemampuan siswa
berkomunikasi secara lugas dan cermat, tanpa rasa segan atau grogi karena yang
dihadapi teman sendiri. Siswa atau peserta mempresentasikan pendapatan pada
rekan pesertanya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
a.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.
Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi
c.
Memberikan sesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta untuk
menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang
lainnya
d.
Guru menyimpulkan pendapat dari siswa
e.
Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup
D.
PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND
EXPLAINING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS 3 SDN MEKARASIH 4
Berikut
ini contoh penerapan Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran
matematika :
Pokok
bahasan : Menggunakan pengukuran
waktu, panjang dan berat dalam memecahkan masalah
1.
Pengetahuan dasar :
a.
Alat ukur panjang
masing alat
ukur panjang tersebut diantaranya :
·
Penggaris adalah macam alat ukur pangjang yang paling populer. Ada
banyak jenis penggaris seperti penggaris siku, penggaris biasa, penggaris untuk
tukang, dsb. Skala penggaris biasanya dalam cm (ketelitian 1mm) atau inchi tapi
tidak menutup kemungkinan dengan satuan yang lain tergantung penggunaanya.
Penggaris dapat digunakan untuk mengukur panjang garis di buku
·
Meteran pita Pada prinsipnya sama dengan penggaris namun bentuknya
berupa pita panjang yang bisa digulung. Biasanya digunakan oleh tukang kayu
atau tukang batu dan untuk mengukur tinggi badan.
b.
Alat ukur Berat (Massa)
·
Timbangan Pasar, Timbangan yang banyak digunakan di pasar. Terdiri
dari dua bagian utama, yaitu bagian tempat benda dan bagian anak timbangan.
Berkapasitas ukur maksimal 15-20 kg dan bisa dibawa dengan tangan.
·
Neraca Dua Lengan dan Tiga Lengan, Alat ukur massa ini mempunyai
ketelitian yang lebih dibandingkan dengan timbangan pasar. Disebut dua lengan
karena terdiri dari dua lengan utama, demikian juga berlaku untuk penyebutan
tiga lengan. Neraca tiga lengan lebih presisi dari neraca dua lengan. Untuk
lebih jelasnya silahkan baca di Neracat Dua Lengan
·
Timbangan Gantung, Banyak di jumpai di pasar-pasar, kapasitas ukur
maksimal 100 s.d. 150 kilogram. Cara menimbangnya yaitu dengan membungkus benda
dalam wadah karung (bisa yang lain) kemudian di kaitkan dengan pengait yang ada
di timbangan gantung.
·
Timbangan Kamar Mandi, Bagi sebagian orang timbangan ini
ditakuti. Timbangan kamar madi adalah
sebutan timbangan badan yang sering kita pakai dengan berdiri di atasnya.
Biasanya maksimal timbangan ini adalah 150-180 kilogtam.
c.
Alat ukur waktu
·
Jam, Jam atau arloji adalah alat ukur waktu paling populer, macam dan bentuknya sangat banyak.
Ada jam dinding, jam tangan, jam mekanik, jam digital, dan lain sebagainya.
Tingkat ketlitian jam mulai dari 0,1 s hingga 1s
·
Stopwatch, Alat ini cocok untuk mengurkur waktu dalam range
tertentu. Prinsipnya sama seperti jam digital.
·
Jam Pasir, Alat ukur waktu jaman dahulu. Terbuat dari kaca dengan
media pasir sebagai pengukur waktunya.
·
Tanggal, Sistem penanggalan adalah alat ukur waktu untuk jangka
waktu yang relatif lama, mulai dari hari, bulan, tahun, abad, hingga milenium.
2.
Kelas /Semester/Waktu :
III/1/2x35 menit
3.
Tema/ minggu ke- :
Pengalaman minggu ke 3
4.
Banyaknya pertemuan :
3 x pertemuan
5.
Kompetensi Dasar :
·
Memilih alat ukur sesuai dengan
fungsinya (meteran, timbangan, atau jam)
·
Mengenal hubungan antarsatuan waktu, antarsatuan panjang, dan antarsatuan berat
6.
Tujuan Pembelajaran :
tujuan
dari pembelajaran alat ukur ini diharapkan siswa mempunyai hasil berikut ini :
Hasil Belajar
|
Tugas dan Penilaian
|
·
Siswa dapat menaksir panjang dan lebar suatu benda dengan meteran
|
Naksir panjang dan lebar suatu benda dengan meteran
|
·
Siswa dapat menaksir berat suatu benda dengan alat
timbangan/neraca
|
Naksir berat suatu benda dengan alat timbangan/ neraca
|
·
Siswa dapat menaksir lama kegiatan sehari-hari dengan alat ukur
|
Naksir lama kegiatan sehari-hari dengan alat ukur
|
·
Siswa dapat menentukan satuan ukur dalam pemecahan masalah
sehari-hari.
|
Tentukan satuan ukur dalam pemecahan masalah sehari-hari
|
7.
Keterampilan yang diharapkan
·
Disiplin ( Discipline )
·
Tekun (
diligence )
·
Tanggung jawab
( responsibility )
·
Ketelitian (
carefulness)
·
Kerja sama ( Cooperation
)
·
Toleransi (
Tolerance )
·
Percaya diri (
Confidence )
·
Keberanian (
Bravery )
8.
Langkah-langkah Kegiatan Penerapan Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining
a.
Pendahuluan
Apresepsi :
·
Mengisi daftar kelas, berdo’a , mempersiapkan materi ajar, model
dan alat peraga.
·
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
·
Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu
b.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi guru :
Pertemuan pertama :
·
Guru memberikan stimulus berupa pemberian materi mengenai alat ukur panjang, alat ukur berat (massa)
dan alat ukur waktu.
·
Siswa menyebutkan jenis alat ukur
sederhana yang diketahuinya
·
Siswa dan siswa melakukan tanya jawab tentang alat ukur tersebut
Pertemuan kedua :
·
Siswa memilih alat ukur yang sesuai dengan
benda yang akan diukur
·
Siswa mengukur benda-benda tersebut
secara berkelompok
Pertemuan ketiga :
·
Siswa menyebutkan alat-alat ukur sederhana dalam kehidupan
sehari-hari
·
Siswa menyebutkan kegunaan alat-alat
ukur sederhana dalam kehidupan sehari-hari
Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
F membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
F memfasilitasi peserta
didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan
baru baik secara lisan maupun tertulis;
F memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
F memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
F memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
F memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok;
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya
jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F
Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
c.
Penutup
Dalam kegiatan
Akhir, guru:
Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang
diajarkan
Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang
diajarkan
Guru dan siswa menyimpulkan materi yang
diajarkan
9.
Sumber bacaan
·
Buku
Matematika
·
Eksiklopedia
·
Media
elektronik
10.
Pengayaan
Siswa
dapat melakukan kegiatan tambahan berikut ini untuk lebih lanjut memahami
bagaimana menghitung panjang benda-benda peralatan sekolah dengan teman
sebangkunya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Model Student Facilitator and Explaining (tutor sebaya) adalah
merupakan pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan
ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student Facilitator
and Explaining (tutor sebaya) dilakukan
dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui komunikasi
yang dilakukan antar siswa atau teman sebangku.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif Student Facilitator and
Explaining di kelas 3 SDN Mekarasih 4 pada tema pengalaman pembelajaran
matematika selama tiga pertemuan menghasilkan banyak peningkatan pemahaman
belajar siswa, karena siswa dapat belajar dengan leluasa tanpa ada rasa malu
untuk bertanya.
B.
Saran
Puji syukur ke-Hadirat-Nya karena makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Namun, penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tentu dalam makalah ini
terdapat banyak sekali kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
·
Fauzi Maufur, Hasan. 2009. Sejuta jurus Mengajar Mengasyikkan. PT. Sindur Press.Semarang
·
Fajariyah, Nur. dan Defi T
Riratnawati. 2008. Cerdas berhitung mataematika 3 : untuk SD/MI kelas III. CV.
Grahadi. Jakarta.
·
AS, S.Si, Wayan. 2010. Perangkat Pembelajaran Sekolah Dasar(SD)/
Madrasah Ibtidaiyah (MI). CV. Timur Putra Mandiri.
·
Baskoro, Edi Prio. 2008. Media Pembelajaran. Cirebon:Swagati
Press.
·
Hamalik,
Oemar. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Sinar Baru. . Bandung:
Situs :